MAKALAH
Dipresentasikan untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah :
Dosen pengampu :
Prof. Dr. H. Miftahul Arifin, M.Ag.
Oleh :
MOH. SEWI
1849110138
POGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
STAIN JEMBER
2011
BAB I
Pendahuluan
. Pertama dari sudut pandangan masyarakat dan kedua dari segi pandangan individu. Dari pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara. Ada yang bersifat intelektual, seni, politik, ekonomi dan lain-lain. Dalam bangunan rumah nampak jelas warisan intelektual, seni, ekonomi, politik, agama dari bangsa dan masyarakat yang menciptakannya.
Dilihat dari kaca mata individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Individu itu laksana lautan dalam yang penuh mutiara dan macam-macam ikan, tetapi tidak Nampak. Ia masih berada didasar laut. Ia perlu dipancing dan digali supaya menjadi makanan dan perhiasan bagi manusia. (Hasan Langgulung,2008: 1)
Pendidikan merupakan suatu hal yang paling utama bagi warga suatu negara, karena maju dan terbelakangnya suatu negara akan ditentukan oleh tinggi dan rendahnya tingkat pendidikan warga negaranya. Yaitu salah satu bentuk pendidikan yang mengacu pada pembangunan tersebut yaitu pendidikan agama adalah modal dasar yang merupakan penggerak yang tidak ternilai harganya bagi pengisian inspirasi bangsa karena dengan terselenggaranya pendidikan agama yang baik akan membawa dampak terhadap pemahaman dan pengamalan ajaran agama.
Manusia adalah makhluq yang selalu merindukan kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala potensi yang dimilikinya, manusia berusaha maju dan berkembang untuk mencapai kesempurnaannya itu. Manusia setiap saat membutuhkan belajar dari lingkunga atau alam semesta dan juga diperlukan pengaruh dari luar yang oleh Slamet Imam Santoso disebut dengan istilah pendidikan.
Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam mulai dilaksanakan sejak zaman Nabi Muhammad, SAW. Sampai sekarang. Pendidikan Islam mulai dilaksanakan Rasulullah mendapat perintah dari Allah me lalui firmannya QS. 74: 1-7, langkah awal yang ditempuh oleh Nabi adalah menyeru keluargnya,, sahabat-sahabatnya, tetangga dan masyarakat luas. (Nizar, 2007: 45)
Pada masa Nabi, Nagara Islam meliputi jazirah arab dan pendidikan Islam berpusat dimadinah, setelah Nabi wafat kekuasaan pemerintahan Islam dipegang oleh Kholafaur Rosyidin, Muawiyah dan lain-lain. Masa kepemimpinan khalafaur rasyidin berlangsung kurang lebih 30 tahun yang berlangsung dari tahun 11 H sampai 41 H (632-661 M). Makalah ini hanya memfokuskan pada seluk beluk pendidikan pada masa khulafaur Rasyidin.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Sahabat.
Sahabat secara etimologi merupakan bentukan dari kata al-Suhbeih (persahabatan), bentuk isim masdar " Shahiba-yasbahu", yang artinya mengikuti, menyertai atau orang yang menyertai orang lain, sedikit atau banyak, yang dipergunakan untuk pernyataannya dalam suatu kegiatan, baik dalam frekuensi minimal atau maksimal, sepanjang masa, satu tahun, satu bulan, satu hari, dan satu jam.
Adapun pengertian sahabat menurut istilah pada ulama' berbeda pendapat"
¬ Menurut Usman ibn Shahih, sahabat adalah orang yang menemui masa nabi walaupun dia tidak dapat melihat dan memeluk Islam semasa Nabi masih hidup.
¬ Menurut Ulama' Hadits, shahabat adalah setiap muslim yang pernah melihat Rasulullah.
¬ Menurut Ibnu Hazm, sahabat adalah setiap orang yang pernah bermujalasah dengan Nabi walaupun sesaat, mendengan dari beliau walaupun hanya satu kata, menyaksikan beliau dalam menangani satu masalah dan tidak termasuk orang-orangyang munafik yang keunafikannya berlanjut sampai populer dan meninggal seperti itu.
¬ Menurut Ibnu Hajar, Definisi sahabat yang paling sahih adalah orang yang pernah bertemu dengan nabi Saw, dalam keadaan beriman kepada beliau dan beriman dalam keadaan beriman juga. Masuk dalam katagori orang yang pernah bertemu Nabi Saw, orang yang lama bermujalasah atau sebentar saja dengan beliau, orang yang turut berperang atau tidak, orang yang tidak pernah melihat beliau dengan alasan tertentu seperti buta. (Fathur Rahman, 1970: 17)
- Pendidikan pada masa Kholafaur Rasyidin.
Tahun-tahun pemerintahan Kholafaur Rosyidin merupakan perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwah akan kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman Kholafaur Rosyidin seakan –akan kehidupan Rasulullah itu terulang kembali. Pendidika Islam masih tetap memantulkan Al-Qur'an dan sunnah di ibukota khilafah mekah, di madinah dan di berbagai negeri lain yang ditaklukkan oleh orang-orang islam.
Berikut penguraian tentang pendidikan pada masa Kholafaur Rosyidin:
1. Masa Kholifah Abu bakar. As-Shiddiq (632-634 M)
Setelah Nabi Muhammad SAW. Wafat, sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar As-Shiddiq sebagai kholifah. Kholifah adalah pemimpin yang diangkat setelah Nabi wafat untuk menggantikan Nabi dalam melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan pemerintahan.
Masa Awal pemeritahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi, dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini, Abu Bakar memusatkan perhatianya untuk memerangi pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang-orang islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam. Dengan demikian dikirimlah pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah, dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, yang terdiri dari shahabat dekat Rasulullah dan para hafidz Al-Qur'an, sehingga mengurangi jmlah sahabat yang hafal Al-Qur'an. Oleh karena itu Umar bin Khottab menyarankan kepada Kholifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an, kemudian untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid Bin Tsabit untuk mengumpulkan semua ayat Al-Qur'an. Pola Pendidikan pada Masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan akhlak, ibadah, kesehatan dan lain sebagainya.
1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah.
2. Pendidikan Ikhlak, sperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat , dan lain sebagainya. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa dan haji.
3. Kesehatan seperti tentang tentang kebersihan, gerak gerik dalam sholat merupakan pendidikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.
Menurut Ahmad Syalabi, lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid. Selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan kuttab didirikan oleh orang-orang arab pada masa Abu Bakar. Dan pusat pembelajaran masa itu adalah Madinah. Sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah pasa sahabat Rasul yang terdekat. Lembaga pendidikan islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagi tempat pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat sholat berjamaah, membaca Al-Qur'an dan lain sebagainya.
2. Masa Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M)
Abu Bakar telah menyaksikan persoalan yang timbul dikalangan kaum muslimin setelah nabi wafat, berdasar hal inilah abu bakar menunjuk penggantinya yaitu Umar bin Khattab, yang tujuannya untuk mencegah supaya tidak terjadi perselisihan dan perpecahan dikalangan umat Islam, kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat. Pada masa kholifah Umar bin Khattab kondisi politik dalam keadaan stabil, upaya perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Umar meliputi semenanjung arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir.
Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluas pula kehidupan dalam segala bidang . Untuk memenuhi keperluan ini diperlukan menusia yang memiliki keterampilan dan keahlian, sehingga hal ini diperlukan pendidikan.
Pada masa Kholifah Umar bin Khottob, sahabat-sahabat yang sangat berpengaruh tidak diperbolahkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari kholifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi kalau ada diantara umat islam yang ingin belajar hadits harus pergi ke madinah, ini berarti penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan berpusat dimadinah.
Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar daerah jazirah arab, tampaknya kholifah memikirkan pendidikan islam di daerah-daerah yang baru ditaklukkan itu. Umar bin Khottob memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan masakah pendidikan Umar bin Khottob merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan dikota madinah, beliau juga menerapkan pendidikan-pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar, serta mengangkat dan menunjuk guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-Qur'an dan ajaran islam lainnya, seperti fikih kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Diantara sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khottob ke daerah diantaranya Abdurrahman bin Ma'bal dan Imran bin Al-Hasyim. Kedua orang ini ditempatkan di basyrah. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan hasan bin Abi Jabalah di kirim ke mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah Guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya. Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena mereka yang baru menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari madinah, sebagai pusat agama Islam.Gairah menuntut ilmu agama islam ini yang mendorong lahirnya sejumlah pembidang dengan disiplin keagamaan.
Pada masa kholifah Umar bin Khottob mata pelajaran yang diberikan adalah membaca dan menulis Al-Qur'an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama Islam. Pendidikan pada masa Umar bin Khottob ini lebih maju dibanding dengan masa sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa arab mulai nampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa arab, jika ingi belajar dan mendalami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini telah ada pengajaran bahasa arab.
Samsul Nizar mengatakan bahwa pendidikan pada masa Umar bin Khottob lebih maju, sebab selama umar memerintah negara dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan , disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan , juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya. Pendidikan di kelola dibawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitul mal dan lain sebaginya.Adapun sumber gaji para pendidik diambilkan dari daerah yang ditaklukkan dan dari baitul mal.
2. Masa Khalifah Usman bin Affan (23-35H: 644-656)
Nama lemgkapnya adalah Usman ibn abil asy ibn Umaiyah. Beliau diangkat menjadi kholifah hasil dari pemilihan panitia enam yang ditunjuk oleh khalifah Umar bin Khottob menjelang beliau akan meninggal. Panitia yang enam adalah : Usman , Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas, dan Abdurrohman bin Auf.
Pada masa Khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit ada perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah tidak boleh meninggalkan madinah dimasa Kholifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai Kebijakan ini sangat besar berpengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pendidikan masa Usman lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari pusat pendidikan yang lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Khalifah Usman bin Affan sudah merasa cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi yang berpengaruh luar biasa bagi pendidikan Islam, yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Qur'an . penyalinan ini karena terjadi perselisihan dalam bacaan Al-Qur'an. Berdasarkan hal ini, Khalifah Usman bin Affan memerintahkan kepada tim untuk menyalin tersebut, adapun tersebut adalah: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits.
Bila terjadi pertikaian bacaan, maka harus diambil dialek suku Quraisy, sebab Al-Qur'an diturunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan Quraisy, karena Al-Qur'an diturunkan dengan lisan Quraisy. Zaid bin tsabit bukan orang quraisy sedang ketiganya orang quraisy.
Tugas mendidik dan mengajar pada masa Usman bin Affan diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya mengharap keridlaan Allah.
Bahwa pada masa usman bin affan tidak banyak terjadi perkembagan pendidikan, kalau dibandingkan dengan masa kekholifahan Umar bin Khattab, sebab pada masa kholofah usman pendidikan diserahkan pada rakyat. Dan apabila dilihat dari segi kondisi pemerintahan Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenagan mereka terhadap kebijakan yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.
- Masa Kholifah Ali bin Abi Thalib (35-40H: 656-661 M)
Ali bin Abi Tholib adalah putra dari paman Rasulullah dan suami dari Fatimah anak Rasulullah. Ali bin Abi Tholib diasuh dan didik oleh Nabi. Ali terkenal anak yang mula-mula masuk beriman kepada Rasulullah.
Ali Adalah kholifah yang ke empat setelah Usman bin Affan. Pada masa pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah (istri Nabi) beserta Thalhah dan Abdullah bin Zubair, karena kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman, peperangan diantara mereka disebut perang Jamal karena Aisyah menggunakan kendaraan unta. Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain, sehingga pemerintahan Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian.
Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaannya. Peperangan ini disebut dengan peran Siffin. Karena terjadi di Siffin. Ketika daerah Muawiyah terdesak oleh pasukan Ali, maka muawiyah segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim (penyelesaian dengan adil dan damai). Semula Ali menolak, tetapi karena desakan dari sebagian tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun tahkim malah menimbulkan kekacauan, sebab muawiyah bersifat curang, sebab dengan tahkim muawiyah dapat mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara itu sebagian tentara yang menentang keputusan ali dengan cara tahkim, meninggalkan Ali dan membuat kelompok sendiri dengan nama khawarij.
Dengan terjadinya kekacauan dan kekisruhan dan pemberontakan, sehingga pada masa ia berkuasa pemerintahanya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, sebagian pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali tidak sempat lagi memikirkan pendidikan sebab seluruh perhatiannya di tumpahkan pada keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam. (Nizar :50)
- Bukti pendidikan pada masa Kholafaur Rosyidin (632-661 M./ 12-41 H.)
Periode Kholafaur Rosyidin ini merupakan penyiaran islam yang sangat berhasil, sehingga islam mulai tersiar diluar jazirah Arabia. Pengaruh dan kekuasaan Islam telah meliputi Syiria (Syam), Irak, Persia dan mesir. Hasil gemilang ini bersumber kepada beberapa faktor, diantaranya: hakekat ajaran islam sendiri yang sederhana dan rasional, watak orang islam yang penuh vitalitas-vitalitas yag berhasil digairahkan dengan ajaran Islam serta situasi sosial, budaya dan politik ditimur pada saat lahirnya Islam terutama didua Imperium Persia dan Bizantium. (Stoddard, 1966: 12)
Keadaan ini mendorong khalifah-khalifah ar-Rasyidin untuk lebih mengkonsolidasikan kekuatan dan kemampuannya dalam rangka untuk mempersiapkan pengembangan dan penyiaran islam lebih lanjut. Hal-hal yang dapat dicatat sebagian langkah tersebut guna kepentingan Islam selanjutnya adalah:
1. Penyusunan Mushaf Al-Qur'an
Sewaktu Nabi masih hidup tulisan-tulisan wahyu Al-Qur'an tercatat dalam lembaran yang terpisah-pisah serta ada pada beberapa orang pencacat wahyu. Sewaktu Abu Bakar As-Shiddiq menjabat kholifah beliau memerintahkan tulisan-tulisanAl-Qur'an yang terpisah-pisah pada Zaid bin Tsabit. Setelah berkumpul menjadi satu tulisan maka tulisan-tulisan tersebut disimpan dirumah Abu Bakar sendiri. Setelah Abu Bakar wafat, jabatan kholifah di ganti Oleh Umar bin Khattab dan selanjutnya disimpan dirumah Umar bin Khattab, dan kemudian oleh kholifah disimpan di rumah anaknya hafsah janda mendiang Rasulullah. Setelah jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan, beliau memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair dan Said ibnu Ash untuk menyusunnya dalam satu mushaf yang dikenal dengan mushaf usmani, sebagaimana dikenal sekarang.
2. Penyusunan Ilmu Nahwu
Karena kesulitan yang banyak dihadapi bangsa dan orang 'ajam yang mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur'an setelah meluasnya Islam dikalangan orang yang berbahasa bukan Arab seperti bahasa kibthi (Mesir) dan bahasa Suryani (Syiria dan Irak) maka atas saran dan petunjuk Ali Bin Abi Thalib, seorang ahli bahasa bernama Abul Aswad Al-Dualy menyusun Ilmu Nahwu (Gramatika) untuk membantu dan mempermudah oarang asing mempelajari bahasa Al-Qur'an.
3. Majlis Khilafah
Semenjak kekuasaan khalifah Abu Bakar sampai kholifah Ali Bin Abi Tholib, atas inisiatif merekaditimbulkan suatu media untuk menyelesaikan urusan Negara, agama dan urusan-urusan lain yang menyangkut tugas kholifah, apa yang dinamakan majlis kholifah. Di majlis inilah para kholifah duduk bersama sahabat dan pemuka-pemuka lainnya, juga dengan rakyat umum untuk membicarakan kepentingan umum dan memecahkan permasalahannya bersama dengan mereka. Pada mulanya majlis kholifah ini bertempat di masjid, tetapi pada perkembangan selanjutnya pindah ke istana kholifah dan berkembang sebagai salon adabiyah pada masa Umayyah dan mencapai ketenarannya pada masa Abbasiyah. Bahkan Akhirnya berfungsi sebagai sebagai tempat pertemuan ilmiyah dan pengetahuan ilmu, sastra yang dihadiri khusus oleh para ulama' dan sarjana terkemuka dalam banyak bidang bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu. (Madjidi, 1969: 26)
Menurut Mahmud Yunus : Usaha-usaha tersebut merupakan langkah yang sangat bermanfaat bagi pengembangan Islam dan ilmu pengetahuan pada masa-masa selanjutnya. Ilmu Pengetahuan Islam ternyata lebih banyak mendapatkan dorongan maju, terutama dari ajaran-ajaran islam sendiri, terbukti dengan munculnya kegiatan pendidikan di beberapa tempat diwilayah kekhalifahan Islam diantaranya:
- Makkah dan Madinah (Hijaz) dengan guru pertamanya Muadz Ibn Jabal di Makkah dan Zaid bin Tsabit dan Abdullah ibn Umar di Madinah. Muadz Ibn Jabal mengerjakan Al-Qur'an yang bersangkutan dengan yang halal dan haram dalam Islam. Zaid bin Tsabit di Madinah, sesuai dengan keahliannya mengajarkan qira'at Al-Qur'an dan Ilmu Faraid. Sedangkan Abdullah ibn Umar sebagai seorang ahli hadits yang banyak meriwayatkan hadits Rasulullah, beliau mengajarkan dan berfatwa sesuai dengan hadits yang diriwayatkannya.
- Kufah (Irak), dengan guru pertamanya Abdullah ibn Umar. Abdullah ibn Umar adalah orang pertama yang dikirim oleh Khalifah Umar Ibn Khattab untuk mengajar di kufah. Beliau mengajar Al-Qur'an, tafsir dan fiqh serta hadits.
- Damsyik (Syam) dengan guru-guru pertamya Muadz bin Jabal, Ubadah dan Abu Darda'. Mereka inilah yang dikirim kholifah Umar bin Khattab untuk menjadi guru disana sesaat setelah damsyok menganut Islam. Muadz bin Jabal mengajar di palestina, Ubadah di Hims sedangkan Abu Darda' mengajar di Damsyik. Mereka terutama mengajarkan Al-Qur'an dan ilmu-ilmu Islam lainya.
- Fustathat (Mesir) dengan guru pertamanya Abdullah ibn Amr bin Ash. Beliau seorang ahli hadits dan bukan saja menghafal diluar kepala hadits-hadits yang diterimanya dari rasulullah melainkan juga di tuliskannya dalam catatan yang rapi sehingga cukup menjamin keaslian lafal Rasulullah. (Mahmud Yunus, 1966: 30)
Kebanyakan kegiatan pendidikan dilaksanakan di masjid dan di kuttab atau Makkah. Kuttab sebagai tempat mengajarkan Al-Qur'an dan dasar-dasar agama Islam pada tingkat dasar, sedang di tingkat menengah dilaksanakan di masjid. Dari sinilah Dr. Asma Hasan Fahmi menyatakan bahwa Al-Kuttab sebgai tempat mengajarkan Al-Qur'an dan dasar-dasar agama Islam baru muncul pada masa kekuasaan khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Sebenarnya Pendidikan dalam arti lembaga baru ada pada masa khulafaur Rasyidin ini yaitu dengan munculnya Al-Kuttab yeng terorganisir secara rapi da terencana. Tetapi batas tahun 459H segera memisahkan antara lembaga pendidikan lama dengan lembaga pendidikan modern dengan munculnya madrasah nidzamiyah yang dirintis oleh pendirinya oleh seorang perdana mentri Nizamul Mulk pada masa Sultan Malik Syah dari Bani Saljuk. Sebagai Madrasah modern, Nidzamiyah di lengkapi dengan Yayasan pengelola yang mendukung stabilitas lembaga pendidikan ini. Madrasah ini tersebar hampir diseluruh kota dan pelosok kekuasaan bani Saljuk diantaranya di kota-kota: Bagdad, Naisabur, Isfahan, Basrah dan Mausul.
Empat Kholifaf yang pertama pengganti Muhammmad SAW. Bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan sulit, namun sebagai pengganti Rasulullah mereka harus berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan oleh sahabat-sahabat Rasul yang lain.
Sistem pendidikan Islam pada masa Kholafaur Rasyidin dilakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa kholifah Umar bin Khattab yang turut campur dalam menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab.
Materi pendidikan yang diajarkan pada masa Kholafaur Rasyidin sebelum Umar bin Khottab untuk pendidikan dasar :
- Membaca dan menulis
- Membaca dan menghafal
- Pokok-pokok agama Islam, seperti cara berwudlu', sholat, shaum dan sebagainya
Ketika Umar diangkat menjadi Khalifah, ia menginsturksikan kepada penduduk kota agar anak-anak diajari:
- Berenang
- Mengendarai onta
- Memanah
- Membaca dan menghafal syair-syair yang mudah dan peribahasa.
Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari Al-Qur'an dan tafsirnya dan hadits dan pengumpulannya. (Arief, 2005: 137)
BAB III
Kesimpulan
Pemerintahan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Umar bin Khattab pendidikan sudah mulai meningkat dimana guru-guru ngaji diangkat dan digaji untuk mengajar di daerah-daerah yang baru di taklukkan. Pada Masa Kholifah Usman Bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyar dan shahabat hanya terfokus di madinah saja, tetapi sudah di bolehkan ke daerah-daerah untuk mengajar. Pada masa Kholifah Ali bin Abi Tholib, pendidikan urang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu di landa konflik yang berujung pada kekacauan.
Walaupun banyak menghadapi rintangan yang sangat berat namun semangat mereka tidak pernah hilang. Justru dengan adanya rintangan itulah umat islam bangkit lebih bersemangat dalam menyebarkan agama Islam. Pentebaran Islam pada Kholafaur Rasyidin bergerak diberbagai bidang dan sendi kehidupan, baik dari segi kekuasaan, politik, ekonomi maupun pendidikan.
Sementara sebagai bukti keberhasilan dibidang pendidikan pada masa kholafaur Rasyidin adalah adanya Mushaf Al-Qur'an yang dikenal dengan nama Mushaf Usmani, adanya Ilmu Nahwu yang diperuntukkan bagi orang-orang Islam non arab, dan adanya majlis Khalifah yang digunakan pembelajaran uamat Islam serta munculnya kegiatan pendidikan seperti di Makkah, Madinah, Kufah Dan Damsyik.
DAFTAR PUSTAKA
'Abdus Sami', Musthafa, 1999. Teknolojia At-Ta'lim. Cairo: Markaz Al-Kitab kin Nasyr
Arief, Armai, 2005. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Angkasa
Langgulung, Hasan 2008, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Wacana ilmu
Nizar, Samsul, 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Rahman, Fathur, 1970 Intisari Musthalah Al-Hadits. Bandung : Al-Ma'arif
Stoddard, Lothrop, 1996. Dunia Baru Islam. Jakarta: Kencana
Yunus, Mahmud, 1992. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung
Yunus, Mahmud, 1996. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Mutiara
0 komentar:
Posting Komentar